Jumat, 30 Mei 2008


Perempuan Dalam

Wacana Agama dan Feminisme

(Sebuah Sinopsis Diskusi Mingguan FORSIMMAF)


Dewasa ini term perempuan menjadi bahan perbincangan diberbagai kalangan dan disiplin keilmuan. Paling tidak ada dua hal yang selalu menghiasi pembicaraan dan sering dirasakan, yaitu antara hal menarik dan hal yang menyedihkan. Menarik! sebab perbincangan ini menyentuh langsung pada manusia sebagai wakil Tuhan (kholifah) dimuka bumi yang secara biologis diciptakan berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Menyedihkan! sebab secara empirik sosiologis tidak bisa dinafikan oleh maraknya ketidakadilan sosial dan pengsubordinatian terhadap gender perempuan.

Gender disini saya pahami sebagai “pengklasifikasian peran dan fungsi manusia berdasarkan jenis kelamin”. Terlepas dari definisi term gender dari berbagai perspektif, disini saya menitik beratkan pada fenomena keperempuanan dalam wacana agama dan feminism diantaranya adalah adanya ketidakadilan sebagai akibat dari segmentasi antara perempuan dan laki-laki. Fenomena ketidakadilan sosial ini berlangsung dan telah menyejarah dalam kehidupan sampai akhirnya dianggap sebagai ketentuan Tuhan, seolah-seolah bersifat biologis dan mutlak. Sebagai contoh kasus ketidakadilan ini adalah bagaimana perempuan “dikoyakkan” oleh media. Fenomena yang kemudian ditunjukkan oleh media-media kadang-kadang berbau “kekerasan” terhadap kaum hawa. Bagaimana tidak, berbagai informasi yang diexpose banyak memojokkan perempuan yang notabene memiliki predikat yang sama dengan laki-laki. Seorang model, bintang film dan selebriti yang difoto memakai rok sangat mini dan ketat, blus dengan belahan dada rendah, bahkan nyaris menggunakan “BH” saja untuk menutup “organ mammaenya”, perempuan kemudian diasumsikan sebagai “barang mewah dan komoditi” yang siap untuk deksport keseluruh dunia. Wajah perempuan akhirnya tidak lebih dari “selembar poster monyet” yang dipampang dipusat-pusat pertokoan, pasar-pasar umum dan diberbagai tempat-tempat umum lainnya yang bisa dikonsumsi oleh public secara besar-besaran. Muncul pertanyaan kemudian adalah, mengapa bagian-bagian tubuh perempuan itu yang lebih ditonjolkan oleh juru foto? Apakah bagian yang tertutup itu yang lebih menggairahkan? Apakah ini merupakan nafsu-nafsu tersembunyi dari para pengambil gambar? Atau keinginan pihak-pihak tertentu untuk mengontrol perempuan melalui media? yang lebih ironis adalah, justru masih banyak perempuan yang belum menyadari akan eksistensi dan esensi dirinya lantaran menerima adegan-adegan yang sebenarnya sangat merendahkan martabatnya.

Dalam teologi Islam, tentunya mengacu pada al-Qur’an dan hadits untuk melihat fenomena ini. Dalam Islam kedudukan manusia semuanya sama, perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan untuk berspesialisasi dimuka bumi. Allah SWT berfirman:

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(QS. An-Nisa’:1)

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Adz-Dzariaat:13)

Dari kedua ayat diatas dapat dipahami betapa Allah menempatkan wanita pada kedudukan yang sama dengan pria walaupun harus berbeda fungsi dan tugasnya pada beberapa dimensi kehidupan. Begitu pula perempuan tidak dianggap sebagai gadis penggoda, benih kejahatan, penyebab menggairahkan bagi kejahatan laki-laki. Wanita bukanlah penyebab utama kelalaian Adam sehingga memakan buah khuldi dan melanggar larangan Allah SWT sebagaimana asumsi public. Allah SWT menginformasikan hal ini dalam al-Qur’an.

Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, Maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", Maka mereka sujud kecuali iblis. ia membangkang. Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.(QS.Thaaha: 115-121)

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kesalahan ini dilakukan oleh Adam dan Hawa, bukan Hawa semata. Pendapat ini juga untuk menepis ide yang berkembang dimana menganggap perempuan tidak lebih dari “setan” yang menggoda laki-laki kejurang kenistaan dan kedosaan. Bagi saya dengan mengacu pada dua perspektif untuk melihat perempuan diatas adalah sama, artinya laki-laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama yang diberikan kebebasan dan potensi untuk hidup dimuka bumi untuk saling melengkapi demi terbinanya tatanan keseimbangan dimuka bumi. Perempuan juga diharapkan mampu menjadikan diri mereka sendiri untuk mampu berproses, berkembang dan berdinamika dalam lingkungannya dengan batas-batas yang normal. Kesetaraan (musawah) gender juga harus dipahami sebagai manifestasi manusia sebagai makhluk Tuhan yang “sama”. Wallahu a’lam

all about forsimmaf

SEKILAS TENTANG FORUM SILATURAHMI MAHASISWA

MUSLIM FLORES ( FORSIMMAF )

Oleh :

AMRUNUR MD


Manusia diciptakan secara fitrah memiliki potensi yang sangatlah kompleks, karenanya potensi ini harus dikembangkan melalui media-media pengembangan yang efektif. Media-media pengembangan potensi ini mutlak diperlukan dalam rangka mengkonstruk pribadi yang kualitas dan disiplin dalam mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi. Tanggung jawab sebagai makhluk ber-Tuhan ini menjadi inspirator bagi setiap pribadi dalam melakukan usaha menemukan jati diri yang pada gilirannya memberikan prospek pada kehidupan pragmatis secara obyektif.

Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimikinya menduduki kelompok elit dalam strata social. Dengan berbagai identitas yang melekat pada dirinya membentuk karakter baru yang mewarnai kehidupan dimana dia berspesialisasi. Jiwa perjuangan dan keintelektualan adalah identitas yang selalu melekat, dengan begitu hal ini akan menjadi kekuatan moral atau moral force yang selalu melaksanakan fungsi “social control”. Sehingga mahluk elit ini harus mempersiapkan diri secara matang sejak dini untuk bereksistensi dengan identitas yang ada.

Tanggung jawab moral yang berikutnya adalah menjalankan fungsi sebagai insan spiritual. Proses pengimplementasian akan nilai-nilai agama Islam harus menjadi kultur bagi setiap generasinya. Keotentikan ajaran Islam juga harus benar-benar terinternalisasi secara baik, mengingat eksistensi agama Islam dewasa ini sepertinya mengarah pada hilangnya keotentikan ajaran agama yang semestinya, dengan masuknya nilai-nilai budaya barat yang kemudian mempengaruhi gaya hidup (life style) generasi Islam. Yang terjadi adalah degradasi moral dan hilangnya dedikasi pada agama Islam yang diakui merupakan agama yang fitrah. Karenanya semangat beragama harus benar-benar menjiwai setiap diri generasi Muslim. Membangun kehidupan dengan pola pikir, pola sikap dan pola laku bagi generasi ini secara continue dan berkelanjutan akan memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan agama dengan nilai-nilai kebenaran Ilahi.

Kehadiran FORSIMMAF juga tidak terlepas dari latar belakang beberapa pemikiran diatas. Rasa pesimisme akan hilangnya identitas pribadi sebagai makhluk akademis dan juga makhluk religius serta semangat Ukhuwah Islamiyah mendorong Mahasiswa Muslim Flores yang notabene menuntut ilmu diberbagai Perguruan Tinggi di Kota Malang untuk menjawab berbagai konflik, baik konflik internal kemahasiswaan maupun eksternal kedaerahan. Dengan perbedaan latarbelakang, setiap anggota akan berkolaborasi untuk membentuk suatu kekuatan baru dalam berbagai aspek, baik dari aspek keintelektualan maupun aspek kepekaan social yang tinggi serta semangat keberagamaan menuju loyalitas hidup.

FORSIMMAF yang baru dibentuk 17 Juni 2007 lalu ini, akan memainkan peran layaknya organisasi-organisasi kedaerahan lainnya yang ada pada berbagai perguruan tinggi di Kota Malang yakni sebagai organisasi silaturahmi dan pengembangan potensi kader-kader Muslim Flores. Dua sisi yang menjadi titik sentuh makro dari FORSIMMAF ini sangat representatif dalam mengakomodir kebutuhan dasar (basic need) Mahasiswa Muslim Flores yang lagi mengenyam pendidikan di Kota Malang menuju gerbang menemukan jati diri. Pada sisi yang pertama FORSIMMAF sebagai media silaturahmi akan memberikan kontribusi yang berarti dalam mempererat semangat Ukhuwah Islamiyah. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kondisi ril didaerah kita, dimana keberadaan Islam yang minoritas. Berbicara sedikit tentang perkembangan Islam dewasa ini dalam konteks yang sedikit lebih luas NTT misalnya, atau dalam konteks yang lebih sempit dataran Flores Timur sangatlah “memprihatinkan” dan olehnya itu harus mendapat perhatian yang lebih intent dari berbagai elemen, termasuk didalamnya adalah Mahasiswa Muslim Flores. Karena memang diakui ataupun tidak tanggung jawab akan Agama Islam di Lewotana cepat ataupun lambat akan beralihtangan kepada kita. Islam sebagai agama satu-satunya yang kita akui kebenarannya akan menjadi luntur, manakala semangat dari kader muslim dalam melestarikan nilai-nilai Keislamanpun mengalami degradasi. Kita semua tidak pernah berharap hal ini akan menjadi kenyataan dalam ruang penglihatan kita, oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengantisipasi kondisi yang demikian ini. Dengan hadirnya Organisasi kedaerahan kita ini adalah solusi yang cukup solutif untuk mengkonstuk pribadi kader yang militant dan memilki dedikasi yang tinggi terhadap Agama sehingga kedepan Islam akan lebih populis dan berkualitas.

Kader Muslim dimasa mendatang juga harus lebih matang dalam aspek spiritualitas sehingga mampu menterjemahkan nilai-nilai Agama yang ada dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW secara baik dan kemudian terejawantahkan dalam kehidupan empiris pragmatis, mengingat perkembangan Zaman yang semakin pesat akan mengancam eksistensi keberagamaan kita. Yang terjadi kemudian adalah nilai-nilai ketaatan, kedisiplinan, semangat Ukhuwah Islamiyah dan dedikasi kepada Agama nyaris hilang dan tergantikan dengan jiwa-jiwa yang bermental hedonistic, haus akan trend-trend, pasif dan suka serba instant.

Sisi makro yang berikutnya adalah FORSIMMAF sebagai media pengembangan potensi. Setiap pribadi memiliki kapasitas potensi yang berbeda-beda, potensi ini juga memang harus mendapat perhatian yang lebih massif mengingat manusia sebagai makhluk berakal dan memiliki kecendrungan untuk selalu berdialektika dengan lingkungannya, lagi-lagi mahasiswa yang merupakan insan intelektual baik itu secara individual maupuan komunal, sehingga identitas yang melekat pada pribadi mahasiswa ini harus benar-benar eksis dan tentunya harus dimatangkan dalam berbagai kerangka berfikir. Masuk dalam kategori ini adalah Mahasiswa Muslim Flores yang juga memiliki potensi yang besar. Tidak berlebihan jika potensi yang ada ini diakomodir kemudian terwadahkan secara baik antar Mahasiswa Muslim Flores dalam satu kerangka gerak, visi dan tujuan dalam memajukan diri dan daerah. Dengan demikian kita akan menakar sejauhmana potensi yang kita miliki dengan melakukan komparasi bersama individu-individu yang lain, yang pada akhirnya solidaritas intelektual itu muncul dalam wacana- wacana baru. Salah satu momen yang cukup efektif adalah ketika kita melibatkan diri secara paripurna dalam dunia organisasi, baik itu organisasi yang sifatnya kedaerahan ataupun organisasi yang lainnya. Demikianlah FORSIMMAF ini hadir sebagai organisasi daerah untuk menjawab satu fenomena ini yang sangat representatif dalam membingkai semangat pengembangan potensi menuju integritas.

*Penulis adalah ketua umum FORSIMMAF